Lensakata.co, NUSA DUA, BALI — Politikus senior PDI Perjuangan, Izedrik Emir Moeis, memberikan penilaian tegas terhadap pidato Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, dalam Kongres Ke-6 yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, Sabtu (2/8/2025). Menurutnya, pidato tersebut merupakan yang paling kuat dan substansial dari seluruh kongres yang pernah ia ikuti.
“Saya sudah ikut enam kali kongres partai. Tapi pidato kali ini yang paling menyeluruh dan paling bermakna. Ini bukan sekadar seremonial, ini peringatan politik,” kata Emir Moeis kepada wartawan usai kongres.
Ia menilai, Megawati tidak hanya bicara soal arah partai, tapi juga menyampaikan pesan-pesan penting soal kondisi bangsa. Mulai dari sejarah, pelurusan peran Soekarno, hingga sorotan tajam pada situasi hukum dan keadilan di Indonesia.
“Poin paling krusial menurut saya adalah soal hukum. Megawati dengan tegas menyoroti bagaimana hukum kerap jadi alat politisasi dan kriminalisasi terhadap lawan politik. Ini harus diakhiri,” ujarnya.
Emir menekankan bahwa bangsa ini tidak bisa bertahan tanpa keadilan yang berpihak pada kebenaran. Ia menyebut, selama hukum diperalat kekuasaan, Indonesia akan terus terjebak dalam lingkaran ketidakadilan.
“Kalau hukum dan keadilan tidak ditegakkan secara adil dan merata, kita tidak akan pernah mencapai cita-cita Indonesia Raya. Pancasila dan konstitusi hanya akan jadi slogan kosong,” ucapnya.
Dalam pidatonya, Megawati juga menyinggung isu geopolitik, krisis ekonomi global, hingga ancaman terhadap kedaulatan negara. Menurut Emir, seluruh pesan itu menunjukkan bahwa partai tidak boleh abai terhadap dinamika dunia luar yang dapat memengaruhi arah bangsa.
“Yang saya tangkap, ini bukan hanya pidato politik, tapi seruan ideologis. Sebuah pengingat bahwa PDIP tidak boleh bergeser dari akar perjuangan dan nilai-nilai kebangsaan,” tutupnya.
Kongres Ke-6 PDIP menjadi momentum evaluasi internal sekaligus konsolidasi nasional. Ribuan kader dari berbagai daerah hadir dan menyatakan kesetiaan pada garis ideologis partai yang tetap berpijak pada ajaran Bung Karno.
(Redaksi)
![]()













