Lensakata.co, SAMARINDA — DPD PDI Perjuangan Kalimantan Timur menggelar Sarasehan Kebangsaan, Rabu (23/07/2025), sebagai ruang konsolidasi dan penguatan peran kader perempuan dalam menyongsong agenda politik ke depan. Bertempat di Sekretariat DPD PDI-P Kaltim, kegiatan ini mengusung tema “Perempuan Indonesia Berdaya, Indonesia Raya” dan diikuti lebih dari 100 kader perempuan dari seluruh kabupaten/kota di Kaltim.
Tak sekadar ajang temu kader, sarasehan ini juga menjadi momentum memperkuat garis politik organisasi khususnya dalam menghadapi dinamika internal dan persiapan menuju Kongres PDI Perjuangan yang akan digelar dalam waktu dekat.
Hadir memberikan pengarahan, Tri Rismaharini, pengurus DPP PDI-P, menyoroti pentingnya penguatan kader perempuan di tingkat akar rumput. Ia menyebut bahwa target pemenuhan kuota 30 persen perempuan di parlemen masih menjadi tantangan serius.
“Kita ini satu barisan. Tapi jujur saja, memenuhi kuota perempuan 30 persen masih sulit di beberapa daerah. Kita harus kerja ekstra, bukan cuma bicara soal posisi, tapi bagaimana kader perempuan bisa benar-benar hadir di tengah rakyat,” tegas Risma.
Menurutnya, kader perempuan tak bisa hanya mengandalkan jalur struktural. Diperlukan kerja nyata, termasuk membangun kedekatan dengan masyarakat dan memperkuat daya saing politik.
“Ini bukan sekadar kuantitas. Kita ingin kualitas. Perempuan-perempuan PDI Perjuangan harus siap bertarung gagasan di lapangan,” tambahnya.
Di sela sarasehan, muncul pula inisiatif dari para kader untuk menyatakan dukungan agar Megawati Soekarnoputri kembali memimpin PDI Perjuangan periode 2025–2030. Dukungan itu dibentuk dalam pernyataan tertulis yang akan disampaikan ke DPP dan dibawa ke forum Kongres mendatang.
“Kami tadi sepakat menyampaikan dukungan agar Bu Mega kembali memimpin. Ini bukan hanya soal loyalitas, tapi karena kami melihat Bu Mega masih jadi simbol konsistensi partai dalam menjaga ideologi dan garis perjuangan,” lanjut Risma.
Sekretaris DPD PDI-P Kaltim, Ananda Emira Moeis, yang turut menjadi tuan rumah kegiatan, menilai sarasehan ini sebagai ruang penting untuk menghidupkan diskusi dan mempererat solidaritas antarstruktur partai. Ia menyebut isu perempuan harus diangkat tidak hanya di ranah politik, tetapi juga dalam aspek kehidupan sosial yang lebih luas.
“Kita tidak bicara politik elektoral semata. Tadi kami bahas soal kesetaraan pendidikan, akses ekonomi, isu generasi muda dan stunting. Ini isu riil yang dialami perempuan-perempuan di Kaltim,” jelas Ananda.
Ia menegaskan, kerja-kerja politik tidak akan berjalan efektif jika kader tidak peka terhadap masalah di lingkungan sekitarnya. Karena itu, menurut Ananda, penguatan kapasitas kader juga harus dibarengi dengan kemampuan mendengar aspirasi masyarakat.
“Yang kami dorong, bagaimana kader perempuan ini tidak hanya aktif di internal, tapi bisa masuk ke ruang-ruang publik, menyerap keluhan masyarakat, dan ikut mencarikan solusinya,” katanya.
Menjelang penutupan kegiatan, beberapa perwakilan DPC dan PAC menyampaikan langsung aspirasi agar Megawati kembali menjabat sebagai Ketua Umum. Pernyataan itu disebut akan dibawa ke Jakarta sebagai bagian dari suara daerah.
“Kami hanya ingin suara dari bawah juga didengar. Kalau bicara sejarah, PDI Perjuangan tumbuh karena konsistensi Bu Mega menjaga arah perjuangan. Jadi kami merasa tepat jika beliau melanjutkan kepemimpinan,” tandas salah satu kader yang hadir.
Sarasehan ini ditutup dengan komitmen kolektif para kader perempuan untuk tetap berada di garis depan perjuangan partai, dengan semangat gotong royong dan kerja politik yang terorganisir.
(Redaksi)
![]()













