Lensakata.co, SAMARINDA – Gelaran Soekarno Cup U-13 yang diinisiasi DPD PDI Perjuangan Kaltim tak hanya menghadirkan persaingan sehat antar tim muda, tapi juga menjadi ruang diskusi publik soal pembinaan sepak bola usia dini. Pada hari kedua turnamen, Kamis (26/6/2025), panitia menggelar sesi Talk Show yang menghadirkan sejumlah narasumber kunci, mulai dari panitia pelaksana, otoritas sepak bola lokal, hingga perwakilan orang tua pemain.
Talk Show yang berlangsung hangat ini dipandu oleh Frida, pembawa acara dari DPD PDI Perjuangan. Acara ini juga menjadi salah satu wadah edukatif dalam rangkaian Bulan Bung Karno.
Roy Hendrayanto: “Turnamen Ini Untuk Regenerasi, Sekaligus Pendidikan Politik”
Roy Hendrayanto, selaku panitia pelaksana Soekarno Cup U-13, menegaskan bahwa turnamen ini murni untuk mendorong regenerasi dan pembinaan sepak bola usia dini di Kalimantan Timur dan pendidikan politik usia dini, khususnya Samarinda.
“Kami ingin menghadirkan ruang bermain yang sehat bagi anak-anak. Sepak bola adalah bahasa universal yang bisa menyatukan. Sekaligus pendidikan politik, dan kami ingin mengatakan ada partai politik yang peduli kepada olaharaga khususnya sepakbola usia dini dan ini soal masa depan generasi muda,” ujar Roy saat menjawab pertanyaan Frida soal tujuan turnamen.
Ia juga menekankan bahwa kegiatan ini akan menjadi agenda tahunan yang digarap lebih serius ke depan dengan pelibatan stakeholder yang lebih luas, termasuk Dinas Pemuda dan Olahraga serta Askot PSSI.
Ketua Askot PSSI Samarinda: “Jangan Sampai Talenta Kita Hanya Berkembang di Turnamen Saja”
Muhammad Saiin, Ketua Askot PSSI Samarinda, dalam forum itu menyambut positif gelaran Soekarno Cup U-13 dan menilai bahwa kegiatan seperti ini harus dijadikan momentum evaluasi terhadap sistem pembinaan sepak bola usia dini di Samarinda.
“Event ini penting, tapi harus ada tindak lanjut. Jangan sampai selesai turnamen, selesai juga pembinaan. Kita perlu pembinaan yang terstruktur, dari sekolah sepak bola, pelatih bersertifikasi, hingga manajemen kompetisi yang konsisten,” ujar Saiin menjawab pertanyaan Frida mengenai tantangan pembinaan usia dini di Samarinda.
Ia juga mendorong agar turnamen seperti ini menjadi bagian dari kalender tetap, dan tidak hanya bergantung pada momentum peringatan atau agenda politik semata.
Ibu Yuliana: “Anak Saya Latihan Tiap Minggu, Baru Kali Ini Merasa Diapresiasi”
Sebagai tamu spesial dari kalangan penonton, Ibu Yuliana, perwakilan orang tua dari salah satu pemain tim Pesut Junior Samarinda, mengungkapkan rasa haru dan bangganya bisa menyaksikan anak-anak tampil di turnamen dengan atmosfer yang serius dan meriah.
“Anak saya sudah latihan rutin setiap minggu, tapi baru kali ini dia merasa benar-benar dihargai. Lapangan bagus, wasit resmi, dan semua anak bermain semangat. Terima kasih PDI Perjuangan sudah pikirkan anak-anak kami,” ujar Yuliana yang disambut tepuk tangan hadirin.
Ia juga berharap agar setelah turnamen ini ada kelanjutan pembinaan, misalnya seleksi atlet untuk pembentukan tim daerah atau beasiswa bagi anak-anak berbakat.
Host Frida: “Apa Harapan Bapak-Bapak untuk Soekarno Cup di Tahun-Tahun Mendatang?”
Dalam sesi penutup, Frida mengajak para narasumber menyampaikan harapan mereka terhadap keberlanjutan turnamen ini.
Roy Hendrayanto menyatakan bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi menyeluruh agar penyelenggaraan tahun depan lebih besar dan profesional. Muhammad Saiin menambahkan harapan agar turnamen seperti ini bisa menjadi jembatan pembinaan jangka panjang antar sekolah sepak bola di Samarinda.
Sementara Ibu Yuliana menutup dengan pernyataan sederhana namun menyentuh:
“Kami orang tua hanya ingin anak-anak punya ruang yang adil untuk tumbuh dan bermimpi.” tutupnya.
Talk show ini menjadi bukti bahwa sepak bola usia dini bukan sekadar olahraga, melainkan investasi sosial yang membutuhkan kolaborasi banyak pihak: pemerintah, federasi, klub, orang tua, dan tentu saja, semangat para pemain cilik yang terus bermimpi di lapangan hijau.
(Redaksi)
![]()













